
PP. Nasional. 19 Desa yang ada di 10 kecamatan di Lamongan diperkirakan akan mengalami krisis air bersih 2 bulan mendatang. Pasalnya, 19 desa itu hanya mengandalkan embung sebagai sumber air bersih.
Ketua Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lamongan, Suprapto kepada wartawan mengatakan, menurut perkiraan BPBD jika dalam 2 bulan lagi hujan belum turun, maka 19 desa di 10 kecamatan ini akan mengalami krisis air bersih.
Pasalnya, kata Suprapto, des-desa itu berada di wilayah rawan kekeringan dan jika musim kemarau hanya mengandalkan air yang ada di embung-embung. “Volume air di sejumlah embung itu sudah sangat minim dan diperkirakan hanya bertahan selama dua bulan ke depan,” kata Ketua BPBD Lamongan Suprapto, Senin (4/9/2017).
Suprapto mengungkapkan, 10 kecamatan yang masuk wilayah rawan kekeringan dan krisis air bersih itu diantaranya, Kecamatan Kedungpring, Kembangbahu,
Modo, Sugio, Sukodadi, Tikung, Sarirejo, Sambeng, Modo dan Bluluk.
Selama ini jelas Suprapto, air di embung masih bisa dimanfaatkan warga untuk sejumlah kebutuhan seperti cuci, mandi dan minum. “Sampai awal September 2017 ini memang belum ada permintaan pengiriman air bersih dari sejumlah desa atau kecamatan yang masuk daerah rawan kekeringan,” katanya.
Meski belum ada permintaan suplai ia bersih, lanjut Suprapto, pihaknya tetap melakukan survey lapangan, terutama di titik embung-embung yang ada di wilayah kekeringan itu. Meski volume air tidak banyak, tapi masih bisa diandalkan selama dua bulan ke depan. “Volume air tidak melimpah, tapi cukup untuk kebutuhan selama dua bulan,” tuturnya.
Suprapto menambahkan, sejumlah embung yang sudah disurvei oleh BPBD Lamongan diantaranya, embung di Desa Sukomalu, Kecamatan Kedungpring dan embung di Desa Randubener, Kecamatan Kembangbahu.
“Sampling embung itu keberadaannya hampir sama dengan embung di tempat lain di 10 kecamatan rawan kekeringan,” tutur Suprapto.
(bdh/bdh) (Eko Sujarwo – detikNews / Senin 04 September 2017, 16:30 WIB)
Leave a Reply