PP. Makassar- Chaidir Hablil SE .MM, Orang Tua Almarhum Muh.Ravindra (3 bulan), akhirnya akan memperkarakan kasus kematian putranya pada Komnas HAM dan Komnas Perlindungan Anak, atas perlakuan Rumah Sakit Grestelina Makassar karena menurutnya telah mendapatkan pelayanan yang tidak mengenakkan atau terkesan telah mempermainkannya sehingga akhirnya Putranya Muh. Ravindra (3 Bln) tidak tertolong nyawanya. Rabu, (27/5/2020).
Demikian kronologis kejadian di ungkapkan oleh Chaidir Hablil SE .MM yang juga pengurus MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Takalar kepada pembaharuanpost.com,
Tanggal 26 mei 2020 pagi. Saya dan istri ke puskesmas Tamamaung untuk lakukan rapid tes dan hasilnya negatif. Setelah dari Puskesmas saya langsung ke Dinkes untuk mencari data hasil swab tes yang di lakukan oleh Rumah Sakit Grestelina. Tapi Dinkes menyuruh kembali ke Rumah Sakit Grestelina untuk meminta hasil swab tesnya karena tidak ada laporan dianogsa anak saya. Ungkap Chaidir Hablil.
Lanjut Chaidir Hablil. “ Jadi saya kembali ke RS Grestelina untuk meminta hasil swab tes anak saya tetapi pihak lab RS. Grestelina tetap tidak memberikan dengan alasan pihak lab tidak bisa mengeluarkan hasil lab tanpa persetujuan dokter. Trus saya menanyakan dimana ruang dokternya, pihak lab menyuruh saya untuk menanyakan ke bagian admistrasi untuk mengetahui jadwal praktek dokter. Tapi pihak administrasi mengatakan hari ini tidak ada jadwal praktek dokter. Besok baru ada kata pihak administrasi itu.
Dan saya kembali bertanya jam berapa besok jadwal praktek dokternya?, “ Jadwal praktek dokter tidak tentu. ” jawab pihak administrasi kepada saya.
“ Yang saya heran masa diRumah Sakit jadwal praktek tidak menentu.” Ungkap Chaidir Hablil kecewa.
pada tanggal 18 Mei, setelah selesai anak saya di vonis PDP dan langsung di rujuk ke RS Unhas dengan penyampaian kekeluarga anak/cucu ibu di tempatkan di gedung berbeda dan di ruangan khusus bayi. Tapi sampai di RS Unhas, kenyataannya berbeda, anak saya mau di tempatkan di ruangan isolasi yang terdapat pasien 2 PDP dewasa, jadi pihak keluarga tidak setuju, anak saya menunggu sekitar 2 jam di ambulans, sampai pihak RS Unhas menyarankan rapid tes. Setelah dilakukan rapid tes alhamdulillah hasilnya negatif, sayapun langsung membawa anak saya pulang untuk di pindahkan ke RS lain”. Ungkap Chaidir lagi.
Tanggal 16 malam – tanggal 23 Mei, anakku di rawat di RS Paramount. Namun Tanggal 23 keadaan anakku memburuk dan dokter menyarankan untuk melakukan Ct Scan. Jadi saya kembali ke RS Grestelina untuk melakukan Ct Scan.
Tanggal 24 Mei hasil Ct Scan keluar, anakku di vonis radang selaput otak(meningitis),
Tanggal 25 Mei pihak RS Paramount menyarankan untuk di rujuk ke RS yang mempunyai fasilitas ruang picu. Jadi saya langsung ke grestelina untuk mengambil hasil Swab tes anakku yang harusnya sudah keluar dari tanggal 18 Mei tetapi sampai di Grestelina, bukannya saya di kasih hasil Swabnya malah berbagai macam alasannya. Chaidir semakin kesal.
“Tetapi anak saya tetap di rujuk di RS Wahidin di ruangan picu isolasi berdasarkan hasil swab tes yang menyatakan positif tanpa ada bukti hasil pemeriksaannya.tanggal 26 malam, anak saya kondisinya terus menurun dan jam 9 malam anakku sudah tidak tertolong lagi.Tapi ternyata pihak RS Wahidin melakukan Swab tes ulang, dan alhamdulillah hasilnya anakku negatif.Anehnya sampai sekarang saya dan pihak keluarga belum menerima bukti hasil Swab tes dari RS Grestelina”.
Terkait rencana menggugat Rumah Sakit Gretelina Makassar menyangkut kasus ini oleh pihak keluarga korban, dengan terang diakui oleh Hardiansyah Hablil. SH .SM, bahwa langkah untuk memperkarakan rumah sakit tersebut akan menjadi nyata.
“ Kami sementara mengumpulkan beberapa pengacara. Setelah itu kami akan perkarakan kasus ini kepada komnas HAM, dan komnas Perlindungan anak.” Jelas Hardiansyah Hablil. SH .SM, kemarin.
Menanggapi hal tersebut Muhammad Faizal. DM, wakil ketua MPC Pemuda Pancasila Takalar mengecam kejadian ini, dan meminta kepada kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk segera mengusut tuntas terkait alat Swab tes yang di pakai oleh Rumah Sakit yang terkadang menghasilkan deteksi yang berbeda. Dan juga terkait prosedur pelayanan pada Rumah Sakit Grestelina Makassar. Terkait meninggalnya balita bernama Muh. Ravindra tersebut. Sebelum korban-korban lain mengalami dan merasakan hal yang sama.(Pp)
Leave a Reply